Manusia
adalah makhluk sosial. Maksudnya adalah manusia sebagai individu tidak dapat
hidup sendiri-sendiri. Kita sebagai manusia pasti adakalanya butuh oranglain
untuk saling tolong menolong. Antar manusia pasti terjadinya interaksi dan
komunikasi. Penghubung antar komunikasi manusia itulah yang kita sebut bahasa.
Keanekaragaman sikap dan prilaku
manusia, menciptakan keragaman bahasa, suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Indonesia
merupakan negara yang beraneka ragam. Mulai dari beranekaragam suku, ras,
agama, bahkan beraneka ragam bahasa. Karena perbedaan dan keanekaragaman inilah
indonesia memiliki simbol “Bhineka Tunggal Ika”, berbeda-beda tetapi tetap satu
jua.
Perbedaan itulah yang membuat kita
satu. Bila kita ingat sejarah pada tahun 1928, yakni Sumpah Pemuda, bahasa
berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Fungsi inilah yang hampir sudah tidak
ada dbenak setiap manusia. Sekarang perbedaan menjadi suatu masalah. Padahal dengan
berbeda seharusnya kita berpikir bahwa Indonesia adalah negara yang kaya.
Bagaimana menumbuhkan sikap bahasa
yang positif terhadap bahasa Indonesia? Kembali kepada hakekatnya, kita sebagai
manusia, makhluk sosial. Kita tumbuh dan berkembang. Sebaiknya sejak dini, kita
tanamkan sikap yang positif. Maksudnya adalah, kita sebagai bangsa Indonesia
jangan sampai melupakan bahasa Indonesia. Dengan kita belajar itulah kita akan
mengerti dan paham akan bahasa Indonesia. Nah, selain faktor diri sendiri,
faktor keluarga, dan pengajar sangat berperan besar untuk menanamkan sikap yang
positif terhadap bahasa Indonesia.
Jadi, walaupun bangsa Indonesia
beraneka ragam bahasa, dengan menanamkan sikap yang positif terhadap bahasa
Indonesia, maka bahasa dapat berfungsi dengan tepat, yakni sebagai alat
pemersatu bangsa. Maka dari itu walau kita memiliki bahasa daerah, jangan
pernah melupakan bahasa Indonesia. Lestarikan dan jaga bahasa Indonesia. Agar kita
tetap satu. Indonesia.